Tanaman gonda (sebutan
di Bali/gundo sebutan di Jawa) yang dalam taksonomi tumbuhan disebut sebagai Sphenoclea zeylanica G, telah lama
dikenal sebagai tumbuhan peganggu atau gulma pada tanaman padi sawah. Tanaman jenis ini merupakan tumbuhan
setahun dan termasuk kedalam jenis berdaun lebar, Akarnya berbentuk tali,
batangnya berongga, bunga membentuk bulir dengan mahkotanya berwarna putih. Tanaman
gonda berkembang biak melalui biji, setiap bulir bunga menghasilkan biji-biji. Tumbuh
baik pada lahan sawah yang selalu tergenang dan di rawa.
Tanaman gonda biasa dikonsumsi
masyarakat Bali untuk sayur yang dihidangkan dalam bentuk urapan atau di tumis.
Mengingat kandungan gizinya, maka saat ini tanaman gonda mulai banyak
dikembangkan sebagai komoditas sayuran di lahan sawah. Kandungan gizi setiap 100
gr gonda segar adalah 4,47 persen lemak, 18,27 persen protein kasar, 70,30
persen karbohidrat dan 6,69 persen abu berdasarkan berat kering (Sundaru dkk.,
1976).
Mengusahakan
tanaman gonda di lahan sawah sangat mudah, karena persyaratan tumbuhnya tidak
jauh berbeda dengan tanaman padi sawah. Oleh karena itu tanaman ini selain
ditanam secara monokultur menjelang tanam padi sawah juga dapat ditanam sebagai
tanaman sisipan kedalam budidaya padi sawah terutama pada fase awal pertumbuhan
tanaman padi sawah. Namun budidaya tanaman gonda di Bali, umumnya masih
dilakukan petani dalam skala kecil dan dilakukan sambil menunggu musim tanam
padi sawah tiba. Oleh karena itu persiapan/pembuatan petak pesemaian untuk tanaman
gonda dilakukan seawal mungkin, kira-kira 30 hari sebelum pembuatan petak
pesemaian untuk tanaman padi. Ukuran petak pesemaian gonda disesuaikan dengan
jumlah benih/biji dan luas petakan yang akan ditanami gonda. Adapun cara
pembuatan petak pesemaian untuk tanaman gonda sama halnya seperti pembuatan
petak pesemaian untuk tanaman padi sawah.
Biji dapat diambil dari tanaman gonda
yang sehat, berasal dari bulir bunga yang relatif besar dan panjang. Bulir-bulir
bunga tersebut dijemur beberapa hari (3 – 7 hari) tergantung sinar matahari hingga
kering, setiap bulir bunga menghasilkan biji-biji. Semakin tua bulir bunganya
akan menghasilkan biji-biji yang semakin tua dan semakin cepat perkecambahannya.
Selanjutnya biji-biji gonda yang dihasilkan tersebut disemaikan pada petak
pesemaian.
Berdasarkan pengalaman petani di Bali, setelah
bibit gonda berumur 30 hari setelah semai atau bibit sudah mencapai tinggi sekitar
5 cm, bibit gonda dapat dipindahkan ke petakan sawah untuk ditanam baik secara
monokultur maupun sisipan kedalam budidaya padi sawah. Jarak tanam gonda secara
monokultur cukup rapat yaitu 10 cm x 10 cm. Umumnya penanaman dilakukan menjelang
musim tanam padi tiba, yakni di saat petani melakukan pembuatan petak pesemaian
untuk tanaman padi sawah, pada sisi lain petani juga mengolah beberapa petak
lahan garapannya untuk pertanaman gonda. Lahan yang digunakan untuk pertanaman
gonda tidak luas biasanya sekitar 1 – 2 are. Sehingga penaburan benih padi
dipesemaian dan penanaman bibit gonda dilakukan relatif bersamaan.
Pemeliharaan tanaman gonda tidak membutuhkan
perlakuan yang rumit karena tanaman gonda cukup tahan terhadap serangan hama
dan penyakit tanaman, sehingga tidak perlu melakukan pengendalian hama/penyakit
dengan pestisida. Apalagi umur panen yang relatif pendek dikuatirkan akan
meninggalkan efek dari bahan kimia. Tanaman gonda bisa dipanen pada umur 20 -
25 hari setelah tanam atau tanaman mencapai tinggi 30 – 35 cm. Untuk
mendapatkan daun yang segar dan baik dapat dilakukan pemupukan Urea dengan
dosis 300 kg/ha dan PPC/Pupuk Organik Cair dengan dosis 4 ml/lt air.
Seiring dengan kegiatan pemeliharaan
tanaman gonda di atas, petani juga melakukan pengolahan lahan sawahnya untuk pertanaman
padi. Begitu pengolahan lahan sawah untuk tanaman padi selesai dilakukan, dan
bibit padi telah berumur 20 - 25 hari setelah semai atau sudah siap untuk
dipindahkan/ditanam di lapangan, maka tanaman gonda juga sudah selesai dipanen.
Dengan demikian lahan bekas pertanaman gonda tadi dapat langsung dipakai untuk
tanaman padi sawah, bersamaan dengan selesainya pengolahan lahan untuk tanaman
padi di atas.
Dalam tatanan masyarakat tani Bali yang
diatur dalam persubakan, musim tanam padi diatur melalui kesepakatan
anggotanya. Oleh karena itu budidaya gonda dapat dipakai sebagai usahatani untuk
pemanfaatan waktu sambil menunggu musim tanam padi sawah secara serentak yang
ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan anggota subaknya. Budidaya gonda tidak
merusak iklim mikro sawah bahkan dapat dipakai untuk memanfaatkan kelebihan air
dan ketersediaan lahan. Dengan demikian budidaya tanaman gonda sekaligus juga dapat
dipakai untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Dari hasil analisis rasio keuangan dan
kelayakan usaha tanaman gonda, diperoleh hasil yang menguntungkan dan layak
untuk diusahakan, yang ditunjukkan oleh rasio profitabilitas, utamanya ROI (return of investment) sebesar 938,24% serta
pendapatan bersih sebesar Rp 722.946,6437 per are dan B/C ratio positif
sebesar 9,38.
Keuntungan di
atas selanjutnya dapat digunakan petani sebagai tambahan modal usahatani padi
berikutnya. Apabila dicermati maka keuntungan di atas sebenarnya tidak hanya
dimiliki oleh produsen hasil-hasil pertanian, tetapi juga penting bagi
pengambil kebijakan sektor pertanian. Lebih dari itu, keuntungan yang positif seyogyanya
juga menjadi perhatian bagi pengambil kebijakan yang terkait dalam pengembangan
sektor pertanian dan atau pengembangan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah. Oleh karena itu kegiatan investasi yang prospektif untuk
tanaman gonda di Bali adalah harus mampu meningkatkan keuntungan aktual melalui
pengembangan budidaya gonda, penanganan pasca panen dan pemasaran.