Reorientasi
kebijakan dan program pembangunan dengan menerapkan konsep pembangunan tanaman
pangan yang berwawasan agribisnis menjadi tantangan bersama, mengingat
pembangunan sub sektor tanaman pangan ke depan dihadapkan pada tantangan yang
cukup komplek, antara lain kebutuhan pangan yang terus meningkat sebagai akibat
dari peningkatan jumlah penduduk, alih fungsi lahan produktif ke non produktif,
tuntutan konsumen terhadap kualitas produk, persaingan pasar yang semakin
ketat, serta perubahan lingkungan strategis lainnya yang akan berpengaruh
terhadap pembangunan tanaman pangan.
Tujuan pengkajian ini adalah mengidentifikasi faktor–faktor
internal dan eksternal yang dihadapi oleh pelaku utama dalam mengembangkan usaha-usaha
pertanian tanaman pangan, merumuskan strategi yang akan dikembangkan
oleh pelaku utama sehingga usaha pembangunan pertanian dapat berjalan efektif
dan efisien serta merumuskan program yang akan diimplementasikan dalam
pengembangan usaha pembangunan pertanian.
Responden dalam penelitian ini adalah para stakeholders bidang pertanian dan instansi terkait lainnya di Desa Tumbakbayuh, Kecamatan
Mengwi, Kabupaten Badung,
praktisi pertanian dan pengamat pertanian, berjumlah 10 orang
dengan mengadakan interview. Waktu pengumpulan data dari
tanggal 9 Januari sampai dengan 8 Pebruari 2017. Analisis data menggunakan matriks IFAS dan EFAS, dan
Matrik SWOT.
Hasil pengkajian
mengenai strategi pengembangan dan
pembangunan pertanian tanaman pangan di Desa Tumbakbayuh, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, diketahui bahwa strategi umum yang dihasilkan dari matriks
internal-eksternal menunjukkan bahwa strategi umum yang layak diterapkan adalah
strategi pertumbuhan (growth strategy).
Sedangkan strategi alternatif yang
dihasilkan dari matriks SWOT adalah peningkatan daya saing komoditas padi
sebagai alternatif utama, peningkatan produksi tanaman padi melalui optimalisasi
teknologi budidaya, peningkatan kemitraan bisnis, peningkatan kualitas pelaku usaha,
dan optimalisasi ketersediaan air irigasi dengan berusahatani palawija dan sayuran
sebagai alternatif lainnya.
Oleh karena itu, petani dalam melakukan usaha pertanian
tanaman pangan hendaknya dapat meningkatkan produksinya dengan kualitas hasil
yang baik dengan demikian diharapkan mendapatkan posisi tawar penjualan gabah
yang tinggi. Penggunaan aset, profit, atau kombinasinya seyogyanya dilakukan dengan
cara minimize cost, mengembangkan
produk benih varietas baru, dan meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas
agar posisi pasar yang telah diraih dapat dipertahankan.