Minggu, 07 Januari 2018

PROSPEK DAN INVESTASI CABAI RAWIT DI KABUPATEN BADUNG



Ditengah menurun dengan tajamnya harga cabai rawit akhir-akhir ini setelah harga puncak tertingginya di awal Tahun 2017, komoditas cabai rawit masih tetap menarik untuk diusahakan di Kabupaten Badung.
Karakteristik Komoditas
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L). merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi (high economic value commodity). Kandungan gizi yang cukup tinggi dan berbagai senyawa khas seperti Capsaicin, Lasparaginase dan antioksidan lainnya serta yang memberi rasa pedas juga berguna bagi kesehatan manusia membuat cabai rawit banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Manfaat paling penting bagi kalangan rumah tangga adalah sebagai bahan penyedap berbagai masakan. Cabai rawit juga sering digunakan sebagi bahan baku industri makanan seperti pada perusahaan mie instan, perusahaan makanan dan perusahaan sambal. Minyak atsiri yang terkandung dalam cabai rawit sangat bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan untuk mengendalikan berbagai keluhan seperti pegal-pegal, sesak nafas, obat kuat dan berbagai penyakit lainnya. Walaupun diperlukan dalam jumlah sedikit, namun setiap hari dibutuhkan oleh hampir seluruh penduduk Indonesia sehingga tidak mengherankan jika volume peredarannya dipasaran sangat besar. Walaupun volumenya sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, sampai sekarang harga cabai rawit belum pernah mantap. Dibeberapa daerah sentra, harga cabai rawit berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah pasokan dan permintaan (supply and demand).
Gambar 1. Tanaman Cabai Rawit
Untuk meningkatkan nilai tambah produk cabai rawit dan untuk mengantisipasi gejolak harga, maka petani didaerah sentra biasanya melakukan pergiliran tanaman dan melaksanakan penanaman diluar musim (off season). Tanaman cabai rawit dapat diusahakan di lahan sawah dan lahan kering/tegalan. Pada lahan sawah irigasi cabai rawit umumnya diusahakan setelah tanaman padi, sehingga pola tanamnya dipengaruhi oleh pertanaman padi yang dipengaruhi oleh kondisi iklim terutama curah hujan. Namun usaha cabai rawit masih dilakukan dalam skala kecil dan dilakukan lebih banyak oleh wanita tani. Tanaman cabai rawit termasuk tanaman semusim atau tanaman berumur pendek. Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu serta mempunyai cabang berjumlah banyak. Pada ketinggian tertentu akan membentuk percabangan seperti huruf “Y”. Ketinggian tanaman bisa sampai 150 cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm.
Agroklimat
Cabai rawit dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi yaitu dari 0 – 1.250 meter di atas permukaan air laut, namun pertumbuhan yang optimal dan dapat berproduksi tinggi apabila ditanam pada ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan air laut, suhu yang dikehendaki berkisar 25oC – 31oC dengan kelembaban relatif  80%. Tanaman ini bisa tumbuh pada segala jenis tanah, namun tanaman cabai rawit ini paling cocok hidup di tanah lempung berpasir, gembur, subur atau banyak mengandung unsur hara dan berdraenasi baik. Derajat keasaman (pH) yang paling ideal untuk tanaman cabai rawit berkisar 6 – 7.
Jenis dan Variasi Produk
Tanaman cabai rawit mempunyai banyak jenis dan variasi produk. Beberapa jenis cabai rawit yang sering diusahakan antara lain.
1.      Cabai Kecil atau Cabai Jemprit. Cabai jenis ini buahnya kecil dan pendek, lebih pedas dibandingkan janis cabai lainnya.
2.   Cabai Putih atau Cabai Domba. Buahnya lebih besar dari cabai jemprit atau cabai celepik, dan rasanya kurang enak.
3.   Cabai Celepik. Buah cabainya lebih besar dari pada cabai jemprit dan lebih kecil dari cabai domba. Rasanya tidak sepedas cabai jemprit. sewaktu muda berwarna hijau setelah masak berwarna merah cerah.
Pada umumnya buah dijual dalam bentuk segar, namun demikian beberapa industri kecil rumah tangga sudah mulai ada yang memasarkan dalam bentuk cabai kering atau cabai giling bahkan beberapa perusahaan bahan makanan menjual dalam bentuk olahan seperti sambal untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar.
Permasalahan Komoditas
Permasalahan utama budidaya tanaman cabai rawit yaitu adanya serangan hama penyakit, penggunaan benih yang kurang terseleksi, pemeliharaan tanaman yang belum optimal serta terbatasnya permodalan pelaku usaha. Disamping itu fluktuasi harga musiman yang terjadi hampir setiap tahun dan tidak menentu menjadi kendala untuk dapat memetik keuntungan. Dari kebiasaan yang terjadi harga cabai pada musim kemarau selalu murah. Sebaliknya, harga pada musim penghujan bisa lebih berlipat-lipat. Hal itu disebabkan karena pada musim penghujan jarang petani yang berani menanam cabai. Jika ada yang menanampun, banyak yang mengalami gagal panen karena terserang berbagai hama dan penyakit yang kebanyakan disebabkan oleh hama lalat buah dan penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri. Akibatnya persediaan (stock) produk menjadi terbatas dan memicu naiknya harga cabai. Kenaikan harga bisa juga terjadi karena proses distribusi yang bermasalah.
Potensi Komoditas
Luas Areal dan Produksi
Luas panen cabai rawit di Kabupaten Badung selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2011 hingga tahun 2015 cenderung mengalami peningkatan. Luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2015 seluas 69 hektar dengan produksi 405,4 ton atau produktivitasnya mencapai 5,88 ton/hektar. Produksi cabai rawit tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 595,0 ton dengan produktivitas mencapai 19,83 ton/hektar dan merupakan produktivitas terbaik selama lima tahun di atas. Produktivitas rata-rata selama lima tahun  adalah 9,76 ton/hektar.
Sentra Produksi, Kalender Panen, dan Pemasaran
Mengingat daya adaptasi cabai rawit yang cukup luas, maka pertanaman cabai rawit di daerah Badung dapat diketemukan di semua Kecamatan, akan tetapi sentra utamanya berada di Kecamatan Petang, Mengwi dan Abiansemal.
Penanaman cabai rawit bisa dilaksanakan baik dimusim penghujan maupun dimusim kemarau dan bisa di panen sampai ± 12 kali selama masa pertumbuhan, sehingga saat panen atau kalender panen cabai di daerah Badung hampir bisa ditemukan setiap waktu, dengan puncak panen/panen rayanya terjadi antara bulan Juni, dan Oktober.
Dalam pemasarannya produk cabai rawit dapat dijual dalam bentuk segar maupun cabai kering ataupun cabai giling. Produksi yang berlebihan biasanya diatasi dengan melakukan penjemuran untuk mendapatkan cabai kering, juga dengan menggiling menjadi cabai giling.
Prospek Investasi
Kelayakan Usaha
Gambar 2. Cabai Rawit
Usaha tani cabai rawit adalah usaha yang sangat menguntungkan di Kabupaten Badung, bahkan dalam analisa penulis pada bulan September 2016 hingga Maret 2017 tingkat ROI ( Return of Investment ) atau pengembalian modalnya adalah sekitar 796,37%, dengan Break Event Point (BEP) Rp 5.392,10 dan B/C ( Benefit Cost Ratio ) 7,96, sebuah analisa yang sangat layak untuk dikembangkan menjadi usaha yang nyata. Sementara harga cabai rawit akhir-akhir ini (akhir bulan Desember 2017 hingga awal bulan Januari 2018) di pasar-pasar tradisional di Kabupaten Badung sekitar Rp 40.000,- masih di atas harga Break Event Point (BEP). Untuk mencapai sukses berusaha tani cabai rawit, maka teknologi produksi perlu dikuasai dengan baik, dengan demikian tidak ada investor yang merasa dirugikan dengan mempunyai tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman.
Peluang Pasar
Cabai rawit merupakan komoditas sayuran yang sangat merakyat, semua orang memerlukannya. Tak heran bila volume peredaran dipasaran sangat banyak jumlahnya, mulai dari pasar rakyat, pasar swalayan, warung pinggir jalan, restoran kecil hingga hotel berbintang sehari harinya membutuhkan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit. Kebutuhan cabai rawit baik di pasar lokal maupun pasar ekspor yang tidak pernah bisa terpenuhi oleh para petani serta harga yang menggiurkan merupakan peluang pasar yang sangat potensial.
Prospek Investasi
Kegiatan investasi yang prospektif adalah pengembangan budidaya cabai rawit varietas unggul. Tahun 2018 Kabupaten Badung dalam upaya pengendalian inflasi daerah mencanangkan program pengembangan cabai rawit seluas 50 hektar tersebar diberbagai desa di Kecamatan Petang, Mengwi dan Abiansemal. Kegiatan investasi lain adalah perbaikan teknologi produksi, penanganan pasca panen/grading, pemasaran dan membangun kerjasama dengan mitra usaha. Semoga upaya pengembangan budidaya cabai rawit sebagai komoditi penyumbang inflasi ini dapat menekan laju inflasi daerah dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Badung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar