Senin, 23 Maret 2020

DARI CATATAN PENGKAJIAN “PENGARUH BERAT UMBI DAN PUPUK NPK TERHADAP HASIL BAWANG MERAH (Allium cepa ascalonicum) VARIETAS SUPER PHILLIP DI KABUPATEN BADUNG”


Permintaan bawang merah yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan daya beli masyarakat, serta produksi yang bersifat musiman dan distribusi hasil yang sering bermasalah serta adanya permintaan untuk industri olahan (pengolahan makanan dan farmasi), rumah makan/restoran dan kebutuhan benih yang semakin meningkat, sementara produksi dalam negeri yang belum bisa memenuhi permintaan dan kebutuhan nasional mengakibatkan keadaan tersebut belum dapat mengimbangi permintaan konsumen, sehingga sering terjadi defisit bawang merah dan untuk mencukupi kebutuhan di Indonesia dipenuhi dengan melakukan kebijakan impor. Kondisi demikian menyebabkan bawang merah tergolong komoditi bersifat strategis.
Umumnya petani menanam bawang merah pada saat musim tanam yang tepat dan jarang melaksanakan penanaman di luar musim tanam (off season). Disamping itu pola bertanam yang kurang maksimal, keadaan lahan yang kurang baik dan subur serta penggunaan bahan tanam umbi yang sering terjadi penurunan kualitas benih, maka perlu adanya penerapan teknologi budidaya yang tepat agar dapat meningkatkan hasil bawang merah.
Belum lama ini penyuluh pertanian di Kabupaten Badung melaksanakan pengkajian bawang merah di luar musim tanam, Tujuan pengkajian adalah 1). Untuk mengetahui berat umbi bibit ideal yang dapat memberikan hasil terbaik pada budidaya tanaman bawang merah. 2). Mengetahui dosis pupuk majemuk NPK yang efisien bagi peningkatan hasil umbi bawang merah, dan 3). Mengetahui dosis pupuk majemuk NPK yang dikaji pada ukuran berat umbi bibit yang berbeda terhadap hasil bawang merah. Selain itu pengkajian dimaksudkan untuk menambah pengalaman penyuluh serta memberikan contoh pertanaman kepada petani bawang merah di luar kebiasaan tanam petani. Pengkajian dilaksanakan dari tanggal 19 November 2019 sampai dengan 18 Januari 2020, bertempat di Subak Ayung, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design). Perlakuan yang dicoba terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu:
a.       Faktor Berat Umbi (U) sebagai petak utama terdiri dari
U1 = Berat Umbi Besar (berat 5,0 – 7,5 g/umbi)
U2 = Berat Umbi Sedang (berat 2,5 – 4,9 g/umbi)
U3 = Berat Umbi Kecil (berat < 2,5 g/umbi)
  1. Faktor Dosis Pupuk Majemuk NPK (P) sebagai anak petak terdiri dari
P1 = 200 kg/ha pupuk NPK
P2 = 300 kg/ha pupuk NPK
P3 = 400 kg/ha pupuk NPK
Dengan demikian terdapat 9 (sembilan) kombinasi perlakuan. Kajian diulang sebanyak 3 (tiga) kali, sehingga jumlah seluruh petak perlakuan berjumlah 27 petak.
Tingkat curah hujan dan intensitas serangan hama dan penyakit yang tinggi selama pengkajian, menjadi tantangan dan semangat bagi penyuluh pertanian untuk tetap memberi percontohan kepada petani. Dari hasil analisis varian pengaruh berat umbi dan pemberian pupuk NPK terhadap hasil bawang merah menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara berat umbi dengan pemberian dosis pupuk NPK terhadap hasil bawang merah. Faktor berat umbi ternyata memberikan pengaruh nyata, sedangkan faktor dosis pupuk NPK memberikan pengaruh sangat nyata.
Besarnya pengaruh berat umbi terhadap hasil bawang merah per ubinan (kg/m2) menunjukkan bahwa hasil bawang merah berbeda akibat perlakuan berat umbi yang berbeda. Berat umbi besar memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan ukuran berat umbi lainnya. Berdasarkan perhitungan beda nyata terkecil maka Perlakuan U1 dan U2 menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan Perlakuan U3, namun antara Perlakuan U1 dan U2 menunjukkan berbeda tidak nyata (non signifikan). Hasil kajian ini juga memberikan gambaran bahwa rata-rata hasil bawang merah akan semakin meningkat dengan semakin berat umbi yang digunakan, hal ini memberi arti bahwa semakin berat umbi bibit yang digunakan maka semakin baik kualitas bibitnya dan kualitas bibit yang baik sangat menentukan poduksi dari suatu tanaman. Hasil kajian ini memiliki kecenderungan serupa dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Sufyati et al. (2006) yaitu dengan menggunakan ukuran bibit yang sama dengan kajian ini, memperlihatkan bahwa ukuran bibit besar (U1) memperoleh hasil 15,2 ton/hektar, ukuran bibit sedang (U2) memperoleh hasil 11,5 ton/hektar dan ukuran bibit kecil (U3) memperoleh hasil 7,6 ton/hektar.
Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap hasil bawang merah per ubinan juga memberikan peningkatan hasil dengan meningkatnya pemberian dosis pupuk. Berdasarkan uji beda nyata terkecil pada taraf α 0,01, memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3) berpengaruh lebih baik dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Ternyata perlakuan P3 dapat meningkatkan hasil bawang merah sebesar 51,79 % dan Perlakuan P2 dapat meningkatkan hasil bawang merah sebesar 28,80 % masing-masing dibandingkan dengan Perlakuan P1.
Pengaruh perlakuan berat umbi dengan dosis pupuk NPK ternyata menunjukkan adanya interaksi yang nyata terhadap hasil bawang merah. Rata-rata hasil bawang merah sebagai dampak perlakuan dosis pupuk NPK pada berat umbi yang sama adalah pada perlakuan dosis pupuk NPK dengan berat umbi besar atau berat 5,0 – 7,5 g/umbi (Perlakuan U1) lebih tinggi hasilnya dibandingkan pada perlakuan dosis pupuk NPK dengan berat umbi lainnya. Perlakuan pupuk NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3) pada Perlakuan U1 memberikan hasil tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan perlakuan dosis pupuk NPK lainnya. Demikian pula perlakuan pupuk NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3) pada Perlakuan U2 juga memberikan hasil tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan perlakuan dosis pupuk NPK lainnya. Sedangkan perlakuan pupuk NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3) pada Perlakuan U3 memberikan hasil tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan perlakuan P1 tetapi berbeda tidak nyata apabila dibandingkan perlakuan P2.
Sedangkan rata-rata hasil bawang merah per ubinan pada masing-masing dosis pupuk NPK untuk masing-masing berat umbi memperlihatkan bahwa hasil bawang merah per ubinan nyata lebih banyak pada ukuran berat umbi U1 dan U2 dengan menggunakan dosis pupuk NPK lebih tinggi, kecuali ukuran berat umbi kecil (U3) dimana dengan seluruh perlakuan dosis pupuk NPK berbeda tidak nyata. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil bawang merah terbanyak didapatkan pada dosis pupuk NPK 400 kg/ha dengan berat umbi besar (U1P3). Analisis statistik juga menunjukkan bahwa hasil bawang merah pada perlakuan U1P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan U2P3. Dengan perkataan lain bahwa interaksi optimum diperoleh pada kombinasi berat umbi besar dengan dosis pupuk NPK 400 kg/ha (U1P3) dan berat umbi sedang dengan dosis pupuk NPK 400 kg/ha (U2P3).
Oleh karena hasil bawang merah terbanyak didapatkan pada dosis pupuk NPK 400 kg/ha dengan berat umbi besar (U1P3), dan hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa hasil pada perlakuan U1P3 memberikan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan U2P3, maka untuk mendukung upaya khusus peningkatan produktivitas bawang merah di luar musim tanam (off season) di Kabupaten Badung, bisa dilakukan dengan perbaikan teknologi budidaya bawang merah antara lain dengan melakukan pemupukan NPK dengan dosis 400 kg/ha dengan penggunaan berat umbi sedang (berat 2,5 – 4,9 g/umbi). Penggunaan bibit dengan ukuran berat umbi sedang dimaksudkan dapat menekan biaya input produksi dalam sistem usaha tani bawang merah.
Pustaka
Sufyati, Y., Said Imran AK, dan Fikrinda. 2006. Pengaruh Ukuran Fisik dan Jumlah Umbi Per Lubang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). J.Floratek 2: 43-54.
Ucapan terima kasih
Kami sampaikan kepada : Ir, Sri Nurhudiah, I Made Sudirna, SP., I Nyoman Sunadia, SP., Ir. I Nengah Sucita dan Ir. I Wayan Denu sebagai Tim Pelaksana Pengkajian pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar