Sejalan
dengan perkembangan teknologi di bidang pertanian, maka peranan pupuk menjadi
semakin penting karena pemakaian pupuk merupakan salah satu komponen dalam
peningkatan produksi. Pemakaian pupuk anorganik (kimia) seperti ; Urea, SP-36,
KCl dan Phonska, yang terus menerus tanpa diimbangi pupuk organik sebagai
penyedia unsur hara tanah, menyebabkan tanah akan menjadi miskin bahan organik
dan unsur hara penyangga. Bahkan tanah akan menjadi rentan terhadap kekeringan
dan penyakit, sehingga produktivitas dan kestabilan sistem pertanian akan
menurun. Pada situasi demikian maka investasi unsur hara dan tenaga kerja pada
saat awal sangat diperlukan bagi peningkatan produksi biomassa untuk kemudian
dimanfaatkan sebagai pupuk. Dengan demikian modal kerja petani akan semakin
meningkat dalam bentuk bahan organik tanah.
Oleh karena itu
ketersediaan bahan organik dan unsur hara penyangga di dalam tanah perlu dijaga
kestabilannya melalui penggunaan pupuk organik, karena pupuk organik mampu
mengatur suhu dan kelembaban tanah sehingga dapat meningkatkan kerja dan jumlah
mikro organisme dalam tanah yang pada gilirannya dapat menyuburkan dan
menyehatkan tanah kembali.
Akhir-akhir
ini penggunaan pupuk organik mulai gencar-gencarnya dimasyarakatkan sebagai
terobosan teknologi baru pada usahatani padi sawah, mengingat adanya gejala
pelandaian (leveling off) bahkan
cenderung menurun dalam produktivitas padi, yang diakibatkan oleh menurunnya
kesuburan fisik tanah pertanian, terutama di lahan sawah. Struktur tanah yang semakin
masif akibat penerapan pupuk kimia dalam jangka waktu yang lama.
Di samping itu penyebab tidak
bertambahnya produktivitas tanaman adalah kecenderungan petani yang masih
menggunakan salah satu pupuk tunggal secara berlebihan, terutama pupuk nitrogen
(N), sementara penggunaan jenis pupuk lainnya (P, K dan unsur mikro) masih
sangat kurang.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan sekaligus mengurangi konsumsi pupuk N, diperlukan upaya antara lain: (1) mencanangkan gerakan nasional penggunaan pupuk majemuk secara berimbang, (2) menurunkan proporsi penggunaan pupuk kimia, dan (3) meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki kesuburan fisik tanah.
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan sekaligus mengurangi konsumsi pupuk N, diperlukan upaya antara lain: (1) mencanangkan gerakan nasional penggunaan pupuk majemuk secara berimbang, (2) menurunkan proporsi penggunaan pupuk kimia, dan (3) meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki kesuburan fisik tanah.
Dengan demikian pencapaian target swasembada padi yang berkelanjutan dibutuhkan kerja keras dari kementerian pertanian serta melibatkan instansi/lembaga terkait. Target akan tercapai apabila sasaran peningkatan produksi padi harus dipertahankan minimal sama dengan peningkatan permintaan dalam negeri. Dengan memperhitungkan proyeksi laju pertumbuhan penduduk nasional, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dan peluang ekspor. Atas dasar perhitungan di atas maka sasaran produksi padi nasional pada tahun 2014 atau diakhir periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 ditargetkan sebesar 75,70 juta ton gabah kering giling (GKG).
Di
Provinsi Bali, untuk mendukung target swasembada beras yang berkelanjutan
melaksanakan substansi inti program aksi ketahanan pangan, salah satu substansi
inti program aksi ketahanan pangan yang dilaksanakan tersebut adalah penelitian
dan pengembangan, yaitu peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang
pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil
pertanian yang tinggi. Penjabaran program aksi ini Pemerintah Daerah Bali telah
mencanangkan program Bali Go Organik.
Selain pemakaian pupuk organik, juga mulai berkembang pemakaian pestisida
organik. Pengembangan pertanian organik bertujuan untuk melestarikan keragaman
hayati, memasyarakatkan budidaya organik, membatasi pencemaran lingkungan,
meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta meningkatkan kesehatan
masyarakat. Dukungan diberikan oleh seluruh pemerintah kabupaten dan kota,
termasuk aparat terdepan yaitu penyuluh pertanian.
Untuk
mendukung kebijakan di atas para penyuluh pertanian di Kabupaten Badung
membentuk cluster dan melakukan
serangkaian pengkajian pertanian, melalui pemanfaatan dana materi operasional
penyuluhan (MOP). Tema yang dipilih diantaranya adalah pengkajian berbagai
jenis pupuk organik dalam peningkatan produktivitas padi sawah. Pengkajian
didasarkan atas pentingnya manfaat dan telah dikenalnya pupuk organik oleh
masyarakat. Beberapa jenis pupuk organik yang sudah dikenal oleh petani antara
lain: Superfarm, Petrogenik, Faperta, Bio Organik, Golden Harvest yang mana
dalam pemakaian pada dosis yang optimum akan dapat meningkatkan produksi yang
maksimum.
Kaji
tindak penggunaan pupuk organik pada pertanaman padi ini dilakukan di Subak
Teba, Desa Abianbase, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, pada tahun 2010.
Perlakuan yang digunakan adalah beberapa jenis pupuk organik yang dipadukan
dengan penggunaan pupuk Urea dengan dosis 100 kg/ha dan pupuk Phonska dengan
dosis 100 kg/ha. Pupuk organik yang digunakana adalah pupuk Superfarm dengan
dosis 2 lt/ha, pupuk Paferta dengan dosis 2 lt/ha dan pupuk Golden Harvest
dengan dosis 2 lt/ha. Sebagai pembanding adalah penggunaan pupuk Urea dengan
dosis sesuai rekomendasi sebesar 200 kg/ha dan penggunaan pupuk Phonska dengan
dosis rekomendasi 200 kg/ha. Varietas padi yang digunakan dalam pengkajian
adalah Varietas Ciherang.
Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap
berat gabah kering panen ha-1. Produktivitas yang dicapai dengan
pemakaian pupuk organik mencapai 7,777 t GKP ha-1 hingga 8,147 t GKP
ha-1 atau terjadi peningkatan produktivitas sekitar 21.52% - 27,30%
dibandingkan dengan menggunakan pupuk Urea sebanyak 200 kg ha-1 dan
pupuk Phonska 200 kg ha-1 . Dengan harga gabah kering panen (GKP)
saat itu sebesar Rp 2.800,- per Kg, maka keuntungan bersih yang diperoleh dari
usahatani padi sawah dengan menggunakan pupuk organik mencapai sebesar Rp.
15.477.500,- ha-1. Sampai dengan Rp 16.562.500,- ha-1.
Dari analisis financial terhadap biaya produksi yang digunakan (menyangkut
biaya saprodi, penggunaan tenaga kerja dan lain-lain) menunjukkan bahwa B/C
ratio mencapai antara 2,44 sampai dengan 2,65. Dari sisi usahatani pengkajian
pemupukan dengan menggunakan pupuk organik ini layak untuk dilaksanakan.
Kaji
tindak di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik pada pertanaman padi
yang dipadukan dengan pengurangan penggunaan pupuk anorganik (kimia) dalam hal
ini pupuk Urea dan Phonska hingga setengah/separoh dosis rekomendasi dapat
meningkatkan produktivitas padi. Namun untuk mendapatkan informasi yang lebih
mantap, maka pengkajian ini seyogyanya diulang pada lokasi yang berbeda. Dengan
demikian hasil pengkajian berupa teknologi terapan ini diharapkan dapat
digunakan untuk mendukung target swasembada berkelanjutan, sekaligus sebagai
upaya untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta
dapat menurunkan
proporsi penggunaan pupuk kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar