Jumat, 12 September 2014

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN

Sejalan dengan perkembangan teknologi di bidang pertanian, maka peranan pupuk menjadi semakin penting karena pemakaian pupuk merupakan salah satu komponen dalam peningkatan produksi. Pemakaian pupuk anorganik (kimia) seperti ; Urea, SP-36, KCl dan Phonska, yang terus menerus tanpa diimbangi pupuk organik sebagai penyedia unsur hara tanah, menyebabkan tanah akan menjadi miskin bahan organik dan unsur hara penyangga. Bahkan tanah akan menjadi rentan terhadap kekeringan dan penyakit, sehingga produktivitas dan kestabilan sistem pertanian akan menurun. Pada situasi demikian maka investasi unsur hara dan tenaga kerja pada saat awal sangat diperlukan bagi peningkatan produksi biomassa untuk kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk. Dengan demikian modal kerja petani akan semakin meningkat dalam bentuk bahan organik tanah.
Oleh karena itu ketersediaan bahan organik dan unsur hara penyangga di dalam tanah perlu dijaga kestabilannya melalui penggunaan pupuk organik, karena pupuk organik mampu mengatur suhu dan kelembaban tanah sehingga dapat meningkatkan kerja dan jumlah mikro organisme dalam tanah yang pada gilirannya dapat menyuburkan dan menyehatkan tanah kembali.
Akhir-akhir ini penggunaan pupuk organik mulai gencar-gencarnya dimasyarakatkan sebagai terobosan teknologi baru pada usahatani padi sawah, mengingat adanya gejala pelandaian (leveling off) bahkan cenderung menurun dalam produktivitas padi, yang diakibatkan oleh menurunnya kesuburan fisik tanah pertanian, terutama di lahan sawah. Struktur tanah yang semakin masif akibat penerapan pupuk kimia dalam jangka waktu yang lama.
Di samping itu penyebab tidak bertambahnya produktivitas tanaman adalah kecenderungan petani yang masih menggunakan salah satu pupuk tunggal secara berlebihan, terutama pupuk nitrogen (N), sementara penggunaan jenis pupuk lainnya (P, K dan unsur mikro) masih sangat kurang. 
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan sekaligus mengurangi konsumsi pupuk N, diperlukan upaya antara lain: (1) mencanangkan gerakan nasional penggunaan pupuk majemuk secara berimbang, (2) menurunkan proporsi penggunaan pupuk kimia, dan (3) meningkatkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki kesuburan fisik tanah.

Dengan demikian pencapaian target swasembada padi yang berkelanjutan dibutuhkan kerja keras dari kementerian pertanian serta melibatkan instansi/lembaga terkait. Target akan tercapai apabila sasaran peningkatan produksi padi harus dipertahankan minimal sama dengan peningkatan permintaan dalam negeri. Dengan memperhitungkan proyeksi laju pertumbuhan penduduk nasional, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dan peluang ekspor. Atas dasar perhitungan di atas maka sasaran produksi padi nasional pada tahun 2014 atau diakhir periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 ditargetkan sebesar 75,70 juta ton gabah kering giling (GKG).
Di Provinsi Bali, untuk mendukung target swasembada beras yang berkelanjutan melaksanakan substansi inti program aksi ketahanan pangan, salah satu substansi inti program aksi ketahanan pangan yang dilaksanakan tersebut adalah penelitian dan pengembangan, yaitu peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian yang tinggi. Penjabaran program aksi ini Pemerintah Daerah Bali telah mencanangkan program Bali Go Organik. Selain pemakaian pupuk organik, juga mulai berkembang pemakaian pestisida organik. Pengembangan pertanian organik bertujuan untuk melestarikan keragaman hayati, memasyarakatkan budidaya organik, membatasi pencemaran lingkungan, meningkatkan usaha konservasi tanah dan air serta meningkatkan kesehatan masyarakat. Dukungan diberikan oleh seluruh pemerintah kabupaten dan kota, termasuk aparat terdepan yaitu penyuluh pertanian.
Untuk mendukung kebijakan di atas para penyuluh pertanian di Kabupaten Badung membentuk cluster dan melakukan serangkaian pengkajian pertanian, melalui pemanfaatan dana materi operasional penyuluhan (MOP). Tema yang dipilih diantaranya adalah pengkajian berbagai jenis pupuk organik dalam peningkatan produktivitas padi sawah. Pengkajian didasarkan atas pentingnya manfaat dan telah dikenalnya pupuk organik oleh masyarakat. Beberapa jenis pupuk organik yang sudah dikenal oleh petani antara lain: Superfarm, Petrogenik, Faperta, Bio Organik, Golden Harvest yang mana dalam pemakaian pada dosis yang optimum akan dapat meningkatkan produksi yang maksimum.
Kaji tindak penggunaan pupuk organik pada pertanaman padi ini dilakukan di Subak Teba, Desa Abianbase, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, pada tahun 2010. Perlakuan yang digunakan adalah beberapa jenis pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk Urea dengan dosis 100 kg/ha dan pupuk Phonska dengan dosis 100 kg/ha. Pupuk organik yang digunakana adalah pupuk Superfarm dengan dosis 2 lt/ha, pupuk Paferta dengan dosis 2 lt/ha dan pupuk Golden Harvest dengan dosis 2 lt/ha. Sebagai pembanding adalah penggunaan pupuk Urea dengan dosis sesuai rekomendasi sebesar 200 kg/ha dan penggunaan pupuk Phonska dengan dosis rekomendasi 200 kg/ha. Varietas padi yang digunakan dalam pengkajian adalah Varietas Ciherang.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap berat gabah kering panen ha-1. Produktivitas yang dicapai dengan pemakaian pupuk organik mencapai 7,777 t GKP ha-1 hingga 8,147 t GKP ha-1 atau terjadi peningkatan produktivitas sekitar 21.52% - 27,30% dibandingkan dengan menggunakan pupuk Urea sebanyak 200 kg ha-1 dan pupuk Phonska 200 kg ha-1 . Dengan harga gabah kering panen (GKP) saat itu sebesar Rp 2.800,- per Kg, maka keuntungan bersih yang diperoleh dari usahatani padi sawah dengan menggunakan pupuk organik mencapai sebesar Rp. 15.477.500,- ha-1. Sampai dengan Rp 16.562.500,- ha-1. Dari analisis financial terhadap biaya produksi yang digunakan (menyangkut biaya saprodi, penggunaan tenaga kerja dan lain-lain) menunjukkan bahwa B/C ratio mencapai antara 2,44 sampai dengan 2,65. Dari sisi usahatani pengkajian pemupukan dengan menggunakan pupuk organik ini layak untuk dilaksanakan.
Kaji tindak di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik pada pertanaman padi yang dipadukan dengan pengurangan penggunaan pupuk anorganik (kimia) dalam hal ini pupuk Urea dan Phonska hingga setengah/separoh dosis rekomendasi dapat meningkatkan produktivitas padi. Namun untuk mendapatkan informasi yang lebih mantap, maka pengkajian ini seyogyanya diulang pada lokasi yang berbeda. Dengan demikian hasil pengkajian berupa teknologi terapan ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung target swasembada berkelanjutan, sekaligus sebagai upaya untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta dapat menurunkan proporsi penggunaan pupuk kimia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar