Permintaan bawang merah yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan daya beli masyarakat, serta produksi yang bersifat musiman dan distribusi hasil yang sering
bermasalah serta adanya permintaan untuk industri olahan (pengolahan makanan dan farmasi),
rumah makan/restoran dan kebutuhan benih yang semakin
meningkat, sementara produksi dalam negeri yang belum bisa memenuhi permintaan
dan kebutuhan nasional mengakibatkan keadaan tersebut belum dapat mengimbangi
permintaan konsumen, sehingga
sering terjadi defisit bawang merah dan
untuk mencukupi kebutuhan di Indonesia dipenuhi dengan melakukan kebijakan impor. Kondisi demikian menyebabkan
bawang
merah tergolong komoditi bersifat strategis.
Umumnya petani menanam bawang merah pada saat musim tanam yang tepat dan jarang melaksanakan penanaman di
luar musim tanam (off season). Disamping itu
pola bertanam yang kurang maksimal, keadaan lahan yang kurang baik dan subur
serta penggunaan bahan tanam umbi yang sering terjadi penurunan kualitas benih,
maka perlu adanya penerapan teknologi budidaya yang tepat agar dapat meningkatkan
hasil bawang merah.
Belum lama ini
penyuluh pertanian di Kabupaten Badung melaksanakan pengkajian bawang merah di
luar musim tanam, Tujuan pengkajian adalah 1). Untuk mengetahui berat umbi bibit ideal yang dapat
memberikan hasil terbaik pada budidaya tanaman bawang merah. 2). Mengetahui dosis pupuk majemuk NPK yang efisien bagi peningkatan hasil umbi bawang merah, dan 3). Mengetahui dosis
pupuk majemuk NPK yang dikaji pada ukuran berat umbi bibit yang berbeda
terhadap hasil bawang merah. Selain itu pengkajian dimaksudkan untuk menambah
pengalaman penyuluh serta memberikan contoh pertanaman kepada petani bawang
merah di luar kebiasaan tanam petani. Pengkajian
dilaksanakan dari tanggal 19 November 2019 sampai dengan 18 Januari 2020,
bertempat di Subak Ayung, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah
(Split Plot Design). Perlakuan yang
dicoba terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu:
a. Faktor Berat Umbi (U) sebagai petak utama terdiri dari
U1 =
Berat Umbi Besar (berat 5,0 – 7,5 g/umbi)
U2 =
Berat Umbi Sedang (berat 2,5 – 4,9 g/umbi)
U3 =
Berat Umbi Kecil (berat < 2,5 g/umbi)
- Faktor Dosis Pupuk Majemuk NPK (P) sebagai anak petak terdiri dari
P1 =
200 kg/ha pupuk NPK
P2 =
300 kg/ha pupuk NPK
P3 =
400 kg/ha pupuk NPK
Dengan
demikian terdapat 9 (sembilan) kombinasi perlakuan. Kajian diulang sebanyak 3
(tiga) kali, sehingga jumlah seluruh petak perlakuan berjumlah 27 petak.
Tingkat curah hujan dan
intensitas serangan hama dan penyakit yang tinggi selama pengkajian, menjadi
tantangan dan semangat bagi penyuluh pertanian untuk tetap memberi percontohan
kepada petani. Dari hasil analisis varian pengaruh berat umbi dan pemberian
pupuk NPK terhadap hasil bawang merah menunjukkan
bahwa terdapat interaksi
yang nyata antara berat umbi dengan pemberian dosis pupuk NPK terhadap hasil
bawang merah. Faktor berat umbi ternyata memberikan pengaruh nyata, sedangkan faktor dosis
pupuk NPK memberikan pengaruh sangat nyata.
Besarnya pengaruh berat umbi terhadap hasil bawang merah
per ubinan (kg/m2) menunjukkan bahwa hasil bawang merah berbeda
akibat perlakuan berat umbi yang berbeda. Berat umbi besar memberikan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan ukuran berat umbi lainnya. Berdasarkan
perhitungan beda nyata terkecil maka Perlakuan U1 dan U2
menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan Perlakuan U3,
namun antara Perlakuan U1 dan U2 menunjukkan berbeda
tidak nyata (non signifikan). Hasil
kajian ini juga memberikan gambaran bahwa rata-rata hasil bawang merah akan
semakin meningkat dengan semakin berat umbi yang digunakan, hal ini memberi
arti bahwa semakin berat umbi bibit yang digunakan maka semakin baik kualitas
bibitnya dan kualitas bibit yang baik sangat menentukan poduksi dari suatu
tanaman. Hasil kajian ini memiliki kecenderungan serupa dengan hasil penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan Sufyati et
al. (2006) yaitu dengan menggunakan ukuran bibit yang sama dengan kajian
ini, memperlihatkan bahwa ukuran bibit besar (U1) memperoleh hasil
15,2 ton/hektar, ukuran bibit sedang (U2) memperoleh hasil 11,5
ton/hektar dan ukuran bibit kecil (U3) memperoleh hasil 7,6
ton/hektar.
Pengaruh dosis pupuk NPK
terhadap hasil bawang merah per ubinan juga memberikan peningkatan hasil dengan
meningkatnya pemberian dosis pupuk. Berdasarkan uji beda nyata terkecil pada
taraf α 0,01, memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk
NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3) berpengaruh lebih baik dan berbeda
sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Ternyata perlakuan P3
dapat meningkatkan hasil bawang merah sebesar 51,79 % dan Perlakuan P2
dapat meningkatkan hasil bawang merah sebesar 28,80 % masing-masing
dibandingkan dengan Perlakuan P1.
Pengaruh perlakuan berat
umbi dengan dosis pupuk NPK ternyata menunjukkan adanya interaksi yang nyata
terhadap hasil bawang merah. Rata-rata hasil bawang merah sebagai dampak
perlakuan dosis pupuk NPK pada berat umbi yang sama adalah pada perlakuan dosis
pupuk NPK dengan berat umbi besar atau berat 5,0 – 7,5 g/umbi (Perlakuan U1)
lebih tinggi hasilnya dibandingkan pada perlakuan dosis pupuk NPK dengan berat
umbi lainnya. Perlakuan pupuk NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3)
pada Perlakuan U1 memberikan hasil tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan
perlakuan dosis pupuk NPK lainnya. Demikian pula perlakuan
pupuk NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3) pada Perlakuan U2 juga memberikan hasil
tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan perlakuan dosis pupuk NPK lainnya.
Sedangkan perlakuan pupuk NPK dengan dosis 400 kg/ha (P3)
pada Perlakuan U3 memberikan hasil tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan
perlakuan P1 tetapi berbeda tidak nyata apabila dibandingkan
perlakuan P2.
Sedangkan rata-rata hasil bawang
merah per ubinan pada masing-masing dosis pupuk NPK untuk masing-masing berat
umbi memperlihatkan
bahwa hasil bawang merah per ubinan nyata lebih banyak pada ukuran berat umbi U1
dan U2 dengan menggunakan dosis pupuk NPK lebih tinggi, kecuali
ukuran berat umbi kecil (U3) dimana dengan seluruh perlakuan dosis
pupuk NPK berbeda tidak nyata. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil bawang
merah terbanyak didapatkan pada dosis pupuk NPK 400 kg/ha dengan berat umbi
besar (U1P3). Analisis statistik juga menunjukkan bahwa
hasil bawang merah pada perlakuan U1P3 berbeda tidak
nyata dengan perlakuan U2P3. Dengan perkataan lain bahwa
interaksi optimum diperoleh pada kombinasi berat umbi besar dengan dosis pupuk
NPK 400 kg/ha (U1P3) dan berat umbi sedang dengan dosis
pupuk NPK 400 kg/ha (U2P3).
Oleh
karena hasil bawang merah terbanyak didapatkan pada dosis pupuk NPK 400 kg/ha
dengan berat umbi besar (U1P3), dan hasil analisis
statistik juga menunjukkan bahwa hasil pada perlakuan U1P3
memberikan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan U2P3, maka untuk mendukung upaya khusus peningkatan produktivitas
bawang merah di luar musim tanam (off
season) di Kabupaten Badung, bisa dilakukan dengan perbaikan teknologi budidaya bawang merah
antara lain dengan melakukan pemupukan NPK dengan dosis 400 kg/ha dengan penggunaan
berat umbi sedang (berat 2,5 – 4,9 g/umbi). Penggunaan bibit dengan ukuran berat umbi
sedang dimaksudkan dapat menekan biaya input produksi dalam sistem usaha tani
bawang merah.
Pustaka
Sufyati, Y., Said
Imran AK, dan Fikrinda. 2006. Pengaruh Ukuran Fisik dan Jumlah Umbi Per Lubang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). J.Floratek 2: 43-54.
Ucapan
terima kasih
Kami sampaikan kepada : Ir, Sri Nurhudiah, I Made Sudirna, SP., I Nyoman Sunadia, SP., Ir. I Nengah Sucita dan Ir. I Wayan Denu sebagai Tim Pelaksana Pengkajian pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung.
Kami sampaikan kepada : Ir, Sri Nurhudiah, I Made Sudirna, SP., I Nyoman Sunadia, SP., Ir. I Nengah Sucita dan Ir. I Wayan Denu sebagai Tim Pelaksana Pengkajian pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung.