Pemerintah
Provinsi Bali diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensi sektor perekonomian
demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan daya saing di pasar global.
Sejalan dengan hal itu, pemerintah Provinsi Bali telah melakukan kerjasama
berupa kemitraan di bidang perkebunan dengan pihak swasta nasional. Pengembangan
perkebunan karet di Provinsi Bali difokuskan pada Kabupaten Jembrana, karena
secara geografis sangat cocok, bahkan tanaman tersebut sejak lama telah
diusahakan oleh Perusahaan Daerah Unit Pulukan. Kemitraan tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, efiseinsi, dan daya saing komoditas
karet yang dikelola perusahaan yang bermitra.
Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis pengembangan bisnis komoditas karet
dengan pola kemitraan, menganalisis faktor internal
dan eksternal, merumuskan alternatif strategi yang akan dikembangkan sehingga
pola kemitraan berjalan efektif, serta menentukan prioritas strategi yang
tepat.
Penelitian ini dilakukan di
Perusahaan Daerah Bali Unit Perkebunan Pulukan yang berlokasi di Desa Pulukan,
Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, pada tahun 2011.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purporsive,
dengan pertimbangan bahwa Perusahaan Daerah Provinsi Bali saat ini melakukan
kemitraan usaha dengan PT. Citra Indah Prayasa Lestari, luas perkebunan karet yang
dikelola Perusahaan Daerah Bali Unit Perkebunan Pulukan adalah 1.060 ha.
Responden adalah stakeholders yang berpengaruh
dalam pengembangan bisnis komoditas karet yang dipilih secara purposive. Jumlah responden sebanyak 20
responden, terdiri atas 10 responden untuk faktor internal dan 10 responden
untuk faktor eksternal dilibatkan dalam expert
meeting. Analisis data
menggunakan matriks IFAS dan EFAS, Matrik SWOT, dan QSPM.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor lingkungan internal berupa kekuatan yang berpengaruh adalah akses
pasar, permodalan dan fasilitas, kemitraan yang dituangkan dalam nota
kesepahaman (MoU), sumber daya manusia yang berpengalaman, dan kesesuaian
agroklimat. Sedang faktor lingkungan internal berupa kelemahan yang berpengaruh
adalah periode kemitraan yang baru dimulai, pembagian keuntungan dan risiko,
pembinaan kemitraan dari pemerintah, koordinasi dengan instansi terkait, dan transfer
ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor lingkungan eksternal berupa peluang yang
berpengaruh adalah permintaan pasar, harga produk yang kompetitif, tekonologi
budidaya dan prosesing, keberpihakan lembaga perbankan, dan pertumbuhan
ekonomi, suku bunga dan nilai tukar. Sedang faktor lingkungan eksternal berupa
ancaman yang berpengaruh adalah persaingan antar eksportir, produk karet
sintetis, pelanggaran terhadap nota kesepahaman (MoU), inflasi, dan situasi
keamanan.
Strategi pengembangan
bisnis komoditas karet dengan pola kemitraan menghasilkan alternatif strategi yaitu:
peningkatan akses pasar perusahaan yang bermitra, optimalisasi kemitraan
bisnis, peningkatan penguasaan teknologi produksi untuk meningkatkan daya saing
komoditas, peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku kemitraan, dan
soliditas kerjasama dengan instansi terkait. Prioritas strategi yang dipilih
dan menjadi pilihan utama dalam pengembangan bisnis komoditas karet dengan pola
kemitraan adalah strategi peningkatan akses pasar perusahaan yang bermitra.
Agar tidak terjadi
kehilangan penjualan serta kehilangan profit sebaiknya perusahaan yang bermitra
ini dapat memperluas pasar baik melalui pembinaan pasar yang telah ada maupun
dengan pencarian pasar-pasar baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar