Minggu, 06 Mei 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KOMODITAS KARET DENGAN POLA KEMITRAAN DI PROVINSI BALI


Pemerintah Provinsi Bali diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensi sektor perekonomian demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan daya saing di pasar global. Sejalan dengan hal itu, pemerintah Provinsi Bali telah melakukan kerjasama berupa kemitraan di bidang perkebunan dengan pihak swasta nasional. Pengembangan perkebunan karet di Provinsi Bali difokuskan pada Kabupaten Jembrana, karena secara geografis sangat cocok, bahkan tanaman tersebut sejak lama telah diusahakan oleh Perusahaan Daerah Unit Pulukan. Kemitraan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, efiseinsi, dan daya saing komoditas karet yang dikelola perusahaan yang bermitra.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengembangan bisnis komoditas karet dengan pola kemitraan, menganalisis faktor internal dan eksternal, merumuskan alternatif strategi yang akan dikembangkan sehingga pola kemitraan berjalan efektif, serta menentukan prioritas strategi yang tepat.
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Daerah Bali Unit Perkebunan Pulukan yang berlokasi di Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, pada tahun 2011. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purporsive, dengan pertimbangan bahwa Perusahaan Daerah Provinsi Bali saat ini melakukan kemitraan usaha dengan PT. Citra Indah Prayasa Lestari, luas perkebunan karet yang dikelola Perusahaan Daerah Bali Unit Perkebunan Pulukan adalah 1.060 ha.
Responden adalah stakeholders yang berpengaruh dalam pengembangan bisnis komoditas karet yang dipilih secara purposive. Jumlah responden sebanyak 20 responden, terdiri atas 10 responden untuk faktor internal dan 10 responden untuk faktor eksternal dilibatkan dalam expert meeting. Analisis data menggunakan matriks IFAS dan EFAS, Matrik SWOT, dan QSPM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan internal berupa kekuatan yang berpengaruh adalah akses pasar, permodalan dan fasilitas, kemitraan yang dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU), sumber daya manusia yang berpengalaman, dan kesesuaian agroklimat. Sedang faktor lingkungan internal berupa kelemahan yang berpengaruh adalah periode kemitraan yang baru dimulai, pembagian keuntungan dan risiko, pembinaan kemitraan dari pemerintah, koordinasi dengan instansi terkait, dan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor lingkungan eksternal berupa peluang yang berpengaruh adalah permintaan pasar, harga produk yang kompetitif, tekonologi budidaya dan prosesing, keberpihakan lembaga perbankan, dan pertumbuhan ekonomi, suku bunga dan nilai tukar. Sedang faktor lingkungan eksternal berupa ancaman yang berpengaruh adalah persaingan antar eksportir, produk karet sintetis, pelanggaran terhadap nota kesepahaman (MoU), inflasi, dan situasi keamanan.
Strategi pengembangan bisnis komoditas karet dengan pola kemitraan menghasilkan alternatif strategi yaitu: peningkatan akses pasar perusahaan yang bermitra, optimalisasi kemitraan bisnis, peningkatan penguasaan teknologi produksi untuk meningkatkan daya saing komoditas, peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku kemitraan, dan soliditas kerjasama dengan instansi terkait. Prioritas strategi yang dipilih dan menjadi pilihan utama dalam pengembangan bisnis komoditas karet dengan pola kemitraan adalah strategi peningkatan akses pasar perusahaan yang bermitra.
Agar tidak terjadi kehilangan penjualan serta kehilangan profit sebaiknya perusahaan yang bermitra ini dapat memperluas pasar baik melalui pembinaan pasar yang telah ada maupun dengan pencarian pasar-pasar baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar