Jumat, 05 November 2010

PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI (LAPORAN STUDI PARALEL SL-PHT PADA SUBAK KEDAMPANG)

Rata-rata produksi kedelai yang dicapai di Indonesia dari tahun ke tahun berkisar 60% dari potensi hasil kedelai. Rendahnya hasil kedelai yang dicapai tersebut umumnya dikarenakan penerapan teknologi usahatani yang kurang tepat. Keadaan ini dijumpai pula di Subak Kedampang. Dimana produksi pada tingkat petani berkisar 672 kg/ha pada hal potensi produktivitas kedelai varietas wilis mencapai 1.620 kg/ha. Oleh karena itu setiap PPL yang bertugas dan mengadakan pendampingan petani memiliki cita – cita ingin mewujudkan suatu kondisi pertanian yang maju dan terciptanya petani sejati.

Terbatasnya permodalan petani dan anggaran pemerintah sangat menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan diatas. Oleh karena itu penerapan teknologi minimum input menjadi hal yang terpenting dari petugas untuk meningkatkan hasil usahataninya. Hasil penerapan teknologi minimum input terhadap komoditi kedelai melalui perbaikan jarak tanam dan pengawasan setiap minggu selama pertumbuhan tanaman kedelai memberi hasil rata-rata sebesar 937,6 kg/ha. Pendekatan metoda ini akan tetap diupayakan petugas agar hasil usahatani dapat tercapai secara optimal dan menguntungkan petani.

Untuk lebih mempercepat proses transfer teknologi kepada petani maka perlu adanya kegiatan Sekolah Lapang (SL). Kegiatan SL-PHT merupakan metoda penyuluhan yang sangat membantu petugas di dalam mempercepat pencapaian pertanian yang maju dan terciptanya petani sejati.

Kegiatan ini merupakan kajian yang bertujuan disamping untuk meningkatkan produktivitas kedelai, juga sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam berusahatani kedelai, peningkatan wawasan dan pengalaman petugas serta bahan informasi dan penyuluhan untuk kelompok kelompok petani lainnya.

Teknologi anjuran yang digunakan dalam kajian ini adalah: a) menggunakan pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 50 kg/ha, 100 kg/ha dan 50 kg/ha digunakan sebagai pupuk dasar, b) pengolahan zero tillage, habis panen tanaman padi, c) menggunaan PPC dan Obot-obatan tergantung keadaan pertanaman dilapangan, d) pengamatan terhadap perkembangan tanaman dan hama/penyakit dilakukan setiap minggu selama pertumbuhan tanaman. Kejadian-kejadian dilapangan diselesaikan berdasarkan pertimbangan petani

Pengkajian ini dilakukan di Subak Kedampang, Desa Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan Perlakuan Jarak Tanam yaitu: Jarak Tanam 40 cm x 10 cm (JT1), Jarak Tanam 20 cm x 20 cm (JT2) dan Sebar (JT0). Perlakuan di ulangan 3 (tiga) kali. Varietas kedelai yang digunakan dalam pengkajian adalah Varietas Wilis.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata hasil kedelai terhadap jarak tanam yang dicoba. Secara statistik hasil terbaik diperoleh pada perlakuan Jarak Tanam 40 cm x 10 cm dan 20 cm x 20 cm masing-masing meningkat sebesar 58,82% dan 54,54% disbanding dengan tanam sebar. Tidak ada berbedaan nyata antara Jarak Tanam 40 cm x 10 cm dengan Jarak Tanam 20 cm x 20 cm. Dengan harga kedelai sebesar Rp 2.500,- per Kg, maka keuntungan bersih yang diperoleh dari perlakuan jarak tanam 40 cm x 10 cm dan 20 cm x 20 cm masing – masing sebesar Rp 1.042.500,- dan Rp. 1.002.500,-. Analisis financial menunjukkan bahwa B/C ratio kedua perlakuan jarak tanam yaitu Jarak Tanam 40 cm x 10 cm adalah 0,607 dan Jarak Tanam 20 cm x 20 cm adalah 0,584 dari sisi usahatani kedua perlakuan diatas layak untuk dilaksanakan.

Pengkajian ini mendapat respon positif dari peserta dan tokoh-tokoh masyarakat di Kelurahan Kerobokan Kelod terhadap berlangsungnya kegiatan Sekolah Lapang ini. Kegiatan sejenis akan diusulkan oleh masyarakat dalam musyawarah pembangunan tingkat desa tahun depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar